Wujud toleransi antarumat beragama ditunjukkan oleh umat Hindu dan Kristen di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, pada Kamis, 24 April 2025. Momen ini terjadi saat umat Hindu menjalankan tradisi ngelawang yang digelar setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari Umanis Galungan.


Dalam tradisi tersebut, pemuda gereja menunjukkan sikap saling menghormati dengan menyediakan minuman dan buah-buahan di pinggir jalan bagi krama desa adat yang melintasi kawasan gereja saat mengikuti arak-arakan ngelawang. “Kegiatan ini rutin kami laksanakan setiap tradisi ngelawang,” ujar Yoel, salah satu pemuda gereja yang ikut serta dalam aksi tersebut.


Krama desa yang melintasi area itu tampak menerima dengan senang hati. Mereka mengambil minuman dan buah secukupnya, terutama yang merasa kehausan dan kelelahan saat mengikuti prosesi keliling desa.


Menurut salah seorang krama, Nyoman Sudarmika, tradisi ngelawang merupakan warisan leluhur yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh warga dari Desa Adat Puakan, Desa Taro, dan Desa Tegallalang. Tradisi ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan diikuti oleh ribuan umat Hindu yang membawa barong serta pratima, sambil melintasi batas-batas desa.


"Tradisi yang dipenuhi nilai spiritual ini menjadi lebih bermakna dengan hadirnya semangat toleransi yang ditunjukkan oleh warga lintas agama, mencerminkan kehidupan masyarakat yang harmonis di tengah keberagaman," ujarnya.



Berita ini telah diperbaharui pada Sabtu, 26 April 2025 12:01 WITA